“Punya saudara Pilot mbak ?? “


Lama rasanya aku tidak mencatat note perjalananku, akhirnya sekarang kembali punya kesempatan untuk menulis kemabli. Kali ini aku akan sedikit bercerita tentang “ketidakperdulian.”

Beberapa waktu lalu ketika perjalanan dari Makasar menuju Jakarta, ada dua orang yang duduk di sampingku. Ibu dan anak laki-lakinya. Umur Ibunya mungkin pertengahan 50-an tahun, sedangkan anaknya mungkin awal 30-an. Kami duduk dideretan kursi paling belakang di pesawat.

Seperti biasa sesaat setelah boarding dan sebelum masuk pesawat aku sudah mematikan Hp. Untuk hal ini aku termasuk orang yang perduli dengan peringatan atau permintaan-permintaan petugas bandara. Aku tahu sinyal hp benar-benar sangat mempengaruhi sinyal pesawat. Aku berpikir kalau aku ingin selamat maka aku tidak boleh mengganggu atau merusak hal-hal tehnis dalam penerbangan.

Cuman aku sering heran kenapa ya banyak orang yang sangat keras kepala, kalau lebih ekstremenya BUDEG/TULI dengan semua peringatan dari petugas bandara. Mereka masih terus menggunakan alat HP walaupun sudah dalam kabin pesawat.

Seperti dua orang yang disamping ini. Padahal sudah berulang kali pramugari memberi  pengumuman untuk mematikan telfon tapi tetep saja Ibu ini menggunakan telfon. Sampai pesawat mulai berjalan ke landasan pacu dan pramugari mulai memperagakan penggunaan alat-alat keselamatan, nih Ibu masih nempelin HP nya ditelinga. Mungkin karena posisi dia di pojok, jadi pramugari yang hilir mudik tidak melihatnya. Padahal sebelumnya anaknya sudah diperingatkan untuk melipat meja di depannya.

Pengen banget rasanya melaporkan ke pramugari agar mereka ditegur, tapi kok rasanya tidak nyaman. Perempuan muda yang duduk diseberang kursiku yang juga mulai celingak-celinguk, karena dia tahu Ibu itu masih menggunakan telfon. Dia berulang kali melihat ke aku, sepertinya dari matanya dia bilang “ayo dong mbak tegur ibu itu.”

Aku masih belum bereaksi apa-apa, posisiku masih menunggu. Sampe ketika pilot mengumumkan bahwa pramugari harus siap-siap untuk take off, akhirnya aku menegur juga. “Ibu, sudah mau take off, telfonnya dimatikan ya bu, nanti mengganggu radar pilot.” Pintaku pelan. Syukurlah Ibu itu langsung mematikan telfonnya.

Setelah pesawat mengudara, Anak laki-laki ini mulai membuka percakapan denganku. Dia tanya tujuan bepergianku, asalku dan hal-hal ringan lainnya. Setelah sekitar 15 menit kami mengobrol ringan. Eh dia tanya “Mbak, punya saudara pilot ya?” tanyanya. Tentu aku langsung menjawab tidak. Dia juga kemudian menanyakan apakah aku memiliki saudara atau teman jadi pramugari atau kru pesawat lainnya. Karena merasa tidak memiliki, jadi aku menggelengkan kepala. Ngapain sih kok pake nanya-nanya begitu? Pikirku. “Tidak punya kenalan dan saudara yg kerja di pesawat, kok mbak sok tahu banget sih, sampe menyuruh ibu saya menutup telfon tadi.?” Jawabnya mulai sewot. Ciahhhhhh ternyata nih orang masih dendam tho ceritanya setelah ibunya aku tegur untuk mematikan telfon hahhaa.

“Haduh Mas, tidak perlu punya saudara di Pesawat kalau hanya bisa tahu pake telfon akan mengganggu radar pilot. Tadi kan juga berulang kali diumumkan sama pramugari. Kurang keras ya mas pengumumannya tadi ? sampe anda tidak mendengarnya.” Jawabku ketus sambil sedikit melotot. Dia langsung mlengos dan membuang wajah. hahahha




Nihayatul Wafiroh

Adalah anggota DPR RI dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (FPKB) yang mewakili Daerah Pemilihan Jawa Timur III (Banyuwangi-Bondowoso-Situbondo). Saat ini juga dipercaya sebagai Wakil Sekretaris Jenderal di Dewan Pengurus Pusat PKB. Aktif dalam Kaukus Perempuan Parlemen RI sebagai Wakil Sekretaris.