Kau yang Keriput


Tiba-tiba menemukan note ini dalam hp. Saya sendiri lupa apa yang menginspirasi saya menulis ini, hingga sayapun tidak punya ide bagaimana menyelesaikan tulisan yang belum finish ini. Anyway, mengumpulkan yang terserak adalah bagian dari usaha untuk tidak membuang yang ada bukan? hehehe

Terkadang ingin berlari sekencang mungkin, dan meninggalkan kamu dalam keterseokan. Tapi sisi guratan wajah tuamu dan tas koyak dengan penuh isi dalam pundakmu yg menjadikan jalanmu bak siput yg selangkah lagi mati terus menahanku berlari. Bahkan menghentikan gerakan kakiku. Apakah aku merasa kasihan dengan semua yang ada padamu? Hingga kebimbangan utk segera melesat menjauh tak kunjung aku lakukan, ataukah aku mulai mencintaimu? Ya mencintai ketuanmu, mencintai kerapuhanmu??

Aku diam disampingmu. Tanganmu yang sudah berkerut memegang lenganku dengan bergetar. Pikiranku masih terus sibuk, berdialog dan bernegosiasi dengan hati nurani. Aku akan membawakan ransel jelekmu, dan melangkah pergi tanpa menungguimu. Agar kau tak lagi terbeban dan bisa berjalan lebih cepat. Dan akupun bisa mencapai tujuanku dengan lebih cepat. Tapi…oh tidak-tidak, tidak ada seorangpun yang bisa memberikan garansi bahwa kamu bisa mencapai tempat yg kita tuju dengan selamat. Kalau tiba-tiba ditengah jalan kamu tersesat bagaimana? Atau tiba-tiba nafasmu habis lalu anfal, siapa yg akan menolongmu?. Akupun diam kembali, mengurungkan saraf otot kakinya yg hampir aku bawa melangkah.

Kalau aku terus disampingmu, akan berapa lama aku bisa sampai. Wajah-wajah temanku yang mengejek sudah berseliwiran di depan mataku, mereka pasti mencibir “Kayak kura ah kamu, begitu aja lama banget.” Atau yang lain pasti akan berkomentar “Kita aja udah enak-enakan makan, minum, tidur dan baca buku, eh kamu masih seperti bayi yg belajar berjalan” Ahhhhh…bukan hanya bayangan teman-temanku yg datang. Tapi satu persatu impianku seperti menjelma. Impian utk sampai pada titik tertentu sehingga aku bisa melakukan banyak hal. Impian untuk bisa memeluk orang-orang yg aku cintai yg sudah menunggu diujung terang sana. Dan semuanya akan tertunda bahkan tak akan bisa menjadi kenyataan bila aku tetep bertahan menemanimu. Aku kembali diam.

Kau terus mengandeng erat lenganku, sambil menceritakan masa-masa mudamu, masa dimana kau bagikan gula dan tidak ada semut yang sanggup lari menjauh dari pesonamu. Cerita-ceritamu membawaku untuk mengagumimu. Kau juga memberikan janji hadiah-hadiah indah dan mewah bila aku terus berada di dekatmu. Akupun tergiur. Lagi-lagi aku terdiam.

“Nak, dulu tempat ini tidak bisa untuk berjalan, dimana-mana banjir. Lalu aku tampil di depan untuk memprakarsai pembangunan tanggul,” ujarmu berapi-rapi sambil tanganmu semakin erat memegang lenganku. Ah…ingin aku berteriak untuk menghentikan cerita-cerita itu, karena semua yg keluar dari mulutnya bak tambahan rantai yg mengikatku untuk terus menemanimu.

Kubuang wajahku, menghindari tatapan matamu yang mulai rabun itu. “Tetangga depan itu dulu tidak punya pekerjaan, lalu aku mengajarinya merangkai bunga, sekarang sukses” si keriput ini mengoceh lagi sambil menunjuk rumah besar di pinggir jalan. Stop it.




Nihayatul Wafiroh

Adalah anggota DPR RI dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (FPKB) yang mewakili Daerah Pemilihan Jawa Timur III (Banyuwangi-Bondowoso-Situbondo). Saat ini juga dipercaya sebagai Wakil Sekretaris Jenderal di Dewan Pengurus Pusat PKB. Aktif dalam Kaukus Perempuan Parlemen RI sebagai Wakil Sekretaris.