Perempuanku dan Tubuhmu


Awal bulan lalu, tepatnya tanggal 1-3 Oktober, aku mendapat kesempatan untuk mengikuti training tentang Seksualitas dan Gender yang diadakan oleh Yayasan Rahima, tempatnya di Wisma Hijau, Jakarta. Ibu Ninuk yang merupakan konsultan WHO dan Mbak Nur Rofiah yang merupakan dosen di UIN Jakarta, PTIQ dan salah satu pengurus di PB Fatayat yang menjadi keyspeakernya. Acara ini dihadiri oleh beberapa Ibu Nyai dari berbagai daerah.

Terus terang pelatihan seperti ini bukan yang pertama kali aku ikuti, namun pelatihan kemarin benar-benar luar biasa bagiku. Materi tentang kesehatan reproduksi benar-benar menyita perhatianku, pematerinya juga luar biasa. Sempat beberapa kali aku terkaget-kaget ketika Ibu Ninuk dan Mbak Rofiah menerangkan tentang Kespro. Aku merasa bukan orang yang jauh dengan akses informasi, tapi ternyata banyak hal yang tidak aku ketahui tentang kespro. Lalu aku berpikir, bagaimana dengan ibu-ibu di desa yang mereka sama sekali tidak memiliki akses informasi?

Dengan berbekal pelajaran yang minim dari pelatihan tersebut, dan alat peraga yang berupa Penis, Vagina dan celemek yang tiap sisinya ada gambar detailnya alat reproduksi perempuan dan laki-laki aku mencoba menularkan pengetahuan yang sedikit ini kepada orang-orang didekatku, dengan jalan sebagai Pendidik Sebaya (PS). Selepas dari acara pelatihan itu aku menginap di kost temenku di daerah Salemba. Kebetulan temenku tinggal berdua dengan temannya yang sama-sama masih gadis. Malam itu aku mencoba menerangkan tentang kespro pada mereka. dari penjelasan yang sederhana itu berlanjut menjadi diskusi yang menarik. Banyak hal yang cukup mengagetkanku, salah satunya pengakuan temanku tentang ketakutannya membayangkan malam pertama. Saat itu pikiranku langsung kembali pada ingatan tentang MP (malam pertama) ku dulu. Aku dulu juga sangat ketakutan, disamping karena aku menikah dalam usia yang cukup muda, juga karena tidak ada pengetahuan sama sekali tentang seks yang aku terima. Bahkan saat itu tak ada satu orangpun yang menerangkan bagaimana hubungan badan dan bagaimana untuk melakukan KB. Orang tua sering kali berpikir bahwa hal tersebut tabu untuk dibicarakan dan sifatnya otodidak. Padahal pengetahuan kespro penting artinya bagi orang yang hendak menikah.

Acara PS ku berlanjut ke sahabat-sahabat Fatayat di Anak Cabang Tegalsari yang bertempat di ranting Karangdoro. Ada sekitar 30 orang ibu-ibu yang datang. Acara ini merupakan rutinan yang diadakan setiap sebulan sekali oleh Fatayat. Saat aku membuka diskusi tentang kespro dan mulai mengeluarkan alat perga satu persatu reaksi pertama yang muncul adalah jeritan dan tertawa cekikikan. Mungkin mereka geli dan malu. Karena mereka selama ini tidak pernah mendiskusikan hal ini, jadi perasaan risih pasti ada. Aku mencoab menerangkan dari hal-hal yang simple. Pertama tentang nama-nama organ tubuh laki-laki dan perempuan. Selama ini di masyarakat kita telah terjadi kesalahan yang dianggap lumrah dalma penyebutan alat kelamin manusia. Biasanya untuk laki-laki kita menyebut dengan nama Burung atau titit, kalau perempuan disebut memek atau popok. Penyebutan tersebut jelas berimplikasi terhadap asumsi anak. Pasti anak akan mikir, kenapa ya punyaku kok disebut burung? apa emang bisa terbang?. Untuk itu aku mencoba menekankan tentang pentingnya penyebutan alat kelamin dengan benar yakni Penis dan Vagina.

Penjelasanku berlanjut ke masalah proses terjadinya menstruasi, proses kehamilan, lalu ke persoalan alat kontrasepsi (KB). Seperti halnya aku sebelum pelatihan, Ibu-ibu yang datang juga tidak mengetahui proses dan efek samping dari memakai KB. Contoh, ibu-ibu tidak tahu kalau KB hormonal (pil, suntik, susuk/implan) bisa menurunkan libido, dan alasan kenapa perempuan yang memakai KB hormonal tidak mendapatkan menstruasi. Hal ini sebagai bukti bahwa informasi yang diterima oleh perempuan tentang KB sangat minim, padahal selama ini perempuanlah yang menjadi objek untuk KB, tapi mereka tidak tahu efek samping dari barang yang menempel dalam tubuhnya. Menyedihkan.

Diskusi siang itu semakin hangat ketika mulai memasuki tahap tentang hubungan badan. Aku sempat benar-benar terdiam beberapa saat ketika sahabat-sahabat Fatayat tersebut tidak tahu kalau perempuanpun bisa mendapatkan ejakulasi seperti laki-laki. Ketika aku terangkan apa itu ejakulasi dan bagaimana proses ejakulasi pada perempuan, eh ada yang bilang “Halah mbak, lawong biasanya orang laki-laki itu cuman usrek-usrek terus keluar terus ngorok tidur.” Waduh……. selama ini mungkin seks hanya dianggap sebagai hak laki-laki dan kewajiban bagi perempuan, hingga keseimbangan dalam berhubungan badan tidak tercapai. Bahkan seorang teman saya yang berasal dari keluarga terpelajar menganggap bila ejakulasi pada perempuan hingga mengeluarkan cairan itu adalah air kencing, sampe-sampe dia sangat tertekan setiap kali keluar cairan saat ejact, karena dia mengaggap itu adalah air kencing. DUh perempuanku, betapa selama ini tubuhmu hanya diexplore saja tanpa kamu sendiri mengetahui apapiun tentang tubuhmu.

Diskusi saat itu aku akhiri dengan memberikan nomor HP ku kepada sahabat-sahabat Fatayat. Aku yakin dari sekian banyak pertanyaan yang masuk pasti masih lebih banyak pertanyaan yang tidak tersampaikan, alasan malu dan sungkan pasti menjadi alasannya, untuk itu dengan memberikan nomor HP kepada mereka, aku berharap mereka bisa menghubungiku secara pribadi bila ingin berdiskusi. dan ternyata benar, beberapa jam setelah acara tersbeut selesai, banyak sms yang masuk yang menanyakan banyak hal tentang Kespro. Jujur masih banyak pertanyaan yang belum bisa aku jawab, aku mencoba mencari jawabannya dengan searching di internet dan bertanya ke beberapa orang.

Ibu Ninuk pernah bercerita bila di Iran pasangan yang akan menikah akan mendapatkan training tentang kespro, biasanya forum laki-laki dan perempuan dipisahkan. Mereka juga diharuskan memeriksakan kesehatan reproduksianya sebelum menikah. Bila ada penyakit, mereka harus mengobatinya sebelum akhirnya mereka memutuskan untuk memiliki anak. Dan dampak dari hal ini luar biasa sekali, kematian Ibu melahirkan di Iran hanya hitungan puluhan dari seratus ribu kelahiran. Bayangkan di Indonesia yang masih mencapai ratusan.

Terinspirasi dari cerita ibu Ninuk tersebut, aku mengundang para santri senior putri di pondok pesantren Darussalam, Blokagung, Banyuwangi untuk aku ajak diskusi tentang Kespro. Mereka antusias, dan menganggap diskusi ini bukan hal tabu tapi sesuatu yang penting, bahkan mereka mengusulkan agar aku melakukan diskusi tentang kespro kepada santri senior putra juga. Karena mereka belum menikah jadi pertanyaan-pertanyaan mereka masih belum bersifat pragmatis seperti halnya ketika berdiskusi dengan Ibu-Ibu di fatayat, namun begitu aku yakin mereka pasti memiliki pandangan yang lebih mendalam tentang tubuh mereka sebelum menikah menikah. Aku juga memberikan nomor HP kepada mereka, aku yakin nanti ketika mereka menikah pasti akan menemukan berbagai permasalahan, dan aku menyediakan diri sebagai tempat bertanya bagi mereka.

Setelah melakukan diskusi di dua forum yang sifatnya masal tersebut aku menyebarkan angket refleksi atas materi kespro yang aku sampaikan, dan juga aku bertanya tentang hal-hal apa aja yang mereka ingin ketahui lebih lanjut. Aku kaget sekali, dari kelompok ibu-ibu banyak yang ingin tahu lebih lanjut tentang bagaimana menikmati hubungan seksual. Di satu sisi aku gembira karena ini menunjukkan mereka mulai sadar kalau mereka punya hak yang sama tentang kenikmatan dalam berhubungan seks, tapi disisi lain ini sebagai bukti kalau selama ini banyak dari mereka yang belum enjoy dalam berhubungan seks. Sedangkan untuk kelompok yang belum menikah, banyak dari mereka yang ingin tahu tentang KB.

Hemm… perempuanku… masih banyak yang harus kita pelajari dan kita bagi dengan sesama perempuan di sekitar kita. Bila kita sesama perempuan tidak perduli dengan Kesehatan Reproduksi kita, lalu siapa yang akan perduli pada perempuan???…

MARI BERBAGI PEREMPUANKU….




Nihayatul Wafiroh

Adalah anggota DPR RI dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (FPKB) yang mewakili Daerah Pemilihan Jawa Timur III (Banyuwangi-Bondowoso-Situbondo). Saat ini juga dipercaya sebagai Wakil Sekretaris Jenderal di Dewan Pengurus Pusat PKB. Aktif dalam Kaukus Perempuan Parlemen RI sebagai Wakil Sekretaris.