Our Body


Kemarin saat baca paper yang berjudul “Exploring Feminist Women’s Body Counciousness” aku sempat sad banget. Paper yang ditulis oleh mahasiswa dari Arizona State University (ASU-USA), ngomongin soal body image (I wrote it in Hawaii) .

Kayaknya paper ini benar-benar sama dengan kondisiku. Seperti yang telah dilihat dan diketahui bersama, kalau size tubuhku termasuk besar.
Kalau di US, aku merasa sangat nyaman dengan tubuhku, maksudnya walaupun tubuhku gendut tapi aku enjoy. Mungkin karena ukuran tubuh orang US juga banyak yang gede, jadi aku merasa tidak sendiri. Mungkin juga aku merasa pede karena aku bisa dengan mudah mencari ukuran bajuku di US, bahkan ukuran bajuku masih termasuk L, padahal di US ada ukuran baju yang X5L. Mungkin juga kenyamananku karena orang sini tidak perduli dengan ukuran tubuh, jadi tidak pernah ada yang mengomentari tubuhku.Tapi kondisi ini berbalik 100% kalau aku di Indonesia. Sebenernya dibawah alam sadarku, aku sangat ketakutan dengan ketidak nyamanan ukuran tubuhku bila aku di Indonesia. Ampe sebulan sebelum pulang biasanya aku sudah mulai belajar peace dengan komentar2 yang bakal aku terima, aku juga belajar peace dengan hatiku yang terus brontak dengan bebagai macam “pelecehan” yang aku terima.DI Indonesia, kalau aku ketemu teman or saudara, bisa dapat dipastikan komentarnya seragam “Lho, nduk kok tambah gemuk ya.” Hatiku sebenernya protes kenapa sih mereka selalu tanya seperti itu, kenapa mereka tidak mementingkan bertanya gimana kondisi sekolahku or kesehatanku misalnya, dari pada hanya ngomongin tubuh. Tapi lagi-lagi semua protes hanya aku simpan dalam kegetiran hati.Belum lagi kalau aku harus nyari baju. Ampuuuuuuunnnnn benar-benar perjuangan. Perasaan jengkel, malu dan sebel sering menyerangku. Bayangkan suatu saat aku pernah masuk ke pusat perbelanjaan, terus aku lihat-lihat baju, ada baju yang menarik, aku tanya ke penjaganya untuk minta ukuran yang paling gede, tapi ternyata setelah aku coba tetep aja tidak muat. Mau tau komentar penjaganya itu “Wah Mbak, ukuran baju ini yang paling besar. Yang salah kayaknya bukan ukuran bajunya sih, tapi badan mbak.” TUHANNNNN, andaikan saat itu Allah mencabut sedikit aja kesadaranku, pasti penjaga itu sudah aku tonjokkkkkkkk. Aku benar-benar hanya jadi penonton kalau lagi shopping dengan teman-teman ke outlet2, la gimana lawong semua baju dan celana hanya untuk ukuran orang yang ‘kecil’.

Itu baru urusan baju, belum lagi dengan sandal/sepatu. Untuk ukuran cewek, ukuran kakiku emang gede. Sekitar nomor 40/41. Dan tahu sendirilah sulit nyari sandal /sepatu lucu-lucu yang seukuran itu. Pernah aku muter nyari sepatu untuk acara wisuda dengan temanku. Pengennya sepatu yang agak berhak, biar pantas dipandankan dengan songket. Tapi perburuan selama dua hari di Jogja, tidak juga menemukan sepatu itu. Temenku sampe komentar “Dasar kaki gajah.” Di US, aku seperti menemukan tempatku, aku bisa dengan mudah mencari sepatu or sandal yang sesuai dengan ukuran kakiku. Makanya sekarang aku sering banget shopping sepatu/sandal, ya itung-itung balas dendam lah. Kata Suamiku buat investasi di Indonesia nanti.

Ternyata bukan hanya body yang menghalangiku untuk memilih pakaian, statusku sebagai Ibu dua anak juga sangat mempengaruhiku. Pernah suatu saat aku pake baju (yang kata orang sok ABG) dan aku padankan dengan celana jins dan sepatu ket. Eh ada saudaraku yang berkomentar “Nik, kamu itu harus sadar dua hal sebelum berpakaian. Satu, body kamu tuh enggak pantas pake baju neko-neko. Dua, kamu itu udah punya anak dua lho.” Ya Allah, sedih sekaliiii. Memang aku punya dua anak, bahkan anak pertamaku sudah umur 9 tahun, tapi lagi-lagi aku pengen teriak kalau aku juga masih MUDA, umurku masih dua puluh delapan tahun.

Pernah juga keponaan sepupu dari suamiku laporan ke mertuaku, saat itu aku masih kuliah S1, dia bilang ke mertuaku “Mbah, Mbak Ninik tuh sok kayak anak muda, masak pakenya celana jins, bawa tas ransel, dan suka lihat konser lagi.” Kan waktu aku kuliah, aku sudah punya anak. Tapi syukur banget mertuaku orangnya moderat, mendapat laporan begitu, abah mertuaku jawabnya enteng aja “Ya enggak apa-apa, Ninik kan emang juga masih muda.” Ihhhhhhh kapooooookkk rasain deh hehehe.

Satu-satunya orang yang tidak pernah protes dengan pakaian dan tubuhku, dan hanya didepan dia aku selalu pede dengan tubuhku adalah MY BELOVED HUSBAND. Thanks ya sayang.

Terlepas dari itu semua, sebenernya aku pengen berontak dari body image yang berkembang di masyarakat, tapi sulit banget. Sering kali aku merasa Ugly, karena di satu sisi aku sudah fokus mempelajari tentang gander, tapi di sisi lain aku masih sangat terpengaruh dengan body image yang jelas-jelas social construction dari budaya patriachy ini.

OK teman, bebaskan BODY mu dari semua yang mengekang. The person who has your body is only you.

Hawaii, September 13, 2008




Nihayatul Wafiroh

Adalah anggota DPR RI dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (FPKB) yang mewakili Daerah Pemilihan Jawa Timur III (Banyuwangi-Bondowoso-Situbondo). Saat ini juga dipercaya sebagai Wakil Sekretaris Jenderal di Dewan Pengurus Pusat PKB. Aktif dalam Kaukus Perempuan Parlemen RI sebagai Wakil Sekretaris.