Cerita dari Sepiring Buah


Saya tanggal 26 November berangkat ke Jogja, lalu kemudian ke Kebumen. Ada acara persiapan learning centre pada tangal 26-27 November dengan LSM Formasi Kebumen, kemudian lanjut tangal 28 Nov – 1 Des workshop nasional untuk phrase ke II program ACE untuk poverty reduction. Untuk diskusi tentang setting learning centre berada di kantor Formasi di Kebumen, jadi kami stay di hotel Puri Laras Kebumen. Baru pada tanggal 28 kami pindah ke Hotel Benteng Van Der Wijch di Gombong, Kebumen, yang akan ditempati untuk workshop.

Hotel ini berada dalam lingkungan tempat wisata Benteng Van der Wijch. Benteng ini merupakan salah satu cagatr budaya yang dulunya adalah tempat tahanan pada jaman Belanda. Hotel ini dikelola oleh TNI.

Saat kami datang sekitar pukul 13.00 WIB, terlihat beberapa orang dari petinggi TNI. Dari panitia saya mendapat kabar kalau kamar saya nomor 103, dan kunci kamarnya sudah ada di pintu kamar. Saya dan Mbak Cia dari ACE, serta yusuf dari Formasi langsung menuju lokasi. Tapi ternyata kamar 103 masih ada orangnya. “Sebentar lagi pak Dandim akan check out mbak,” begitu kata staf yang menunggu di mobil. Saya, Mbak cia dan Yusuf akhirnya duduk-duduk menunggu.

Setelah pak Dandim keluar  dari kamar, cleaning service memberitahu kami kalau kamar sudah siap. Lalu kami mulai memasuki kamar. “Eh ada buah nih” kata yusuf.  Setelah beberes tas, lalu kami bertiga duduk di depan kamar sambil makan buah. Sempet berpikir, keren juga ya hotel ini nyediakan buah, kue-kue di toples, mukena, sarung dsb. Tidak begitu lama ketika kami duduk, beberapa Ibu-Ibu Dharma wanita TNI berseliweran di depan kamar kami, tapi tidak bertanya apa-apa. Setelah ngobrol seadanya, Yusuf pergi, saya dan Mbak Chia tetep duduk menikmati buah sambil ngobrol.

Lalu salah satu ibu-ibu dari TNI mendatangi kami, “Mbak, saya mau mengambil beberapa barang yang kami siapkan untuk pak Dandim di dalam.” Saya langsung kaget, “Lho ini bukan milik hotel Bu?” tanya saya pada Ibu tersebut. “oh Enggak mbak, handuk, sarung, mukena, kue dan buah juga kami yang menyediakan untuk pak Dandim.” WHAT???????…….. klengkeng yang sedang saya makan seperti ketelan beserta biji-bijinya. Ngakaklah saya dan Mbak Cia. Kami langsung masuk kamar dan ngumpet di kamar karena malu dan gak kuat nahan ketawa. “Mbak, tidak apa-apa kok,” suara Ibu-Ibu TNI dari luar.

Akhirnya kami keluar dari tempat ngumpet sambil berulang kali meminta maaf. Dan Ibu-ibu yang ramah ini tersenyum-senyum ngelihat kami yang salah tingkah. Buah yang tinggal tersisa di piring hanya dua salak dan tiga jeruk kecil-kecil ternyata sudah diambil oleh Ibu-ibu tersebut. “hadahhh, pelit banget, tinggal sisa aja kok ya diambil,” pikirku dalam hati.

Walaupun maluu yang tidak ketulungan, tetep aja hari itu kami sempat menyicipi fasilitas untuk Dandim. Hahhahaha horeee




Nihayatul Wafiroh

Adalah anggota DPR RI dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (FPKB) yang mewakili Daerah Pemilihan Jawa Timur III (Banyuwangi-Bondowoso-Situbondo). Saat ini juga dipercaya sebagai Wakil Sekretaris Jenderal di Dewan Pengurus Pusat PKB. Aktif dalam Kaukus Perempuan Parlemen RI sebagai Wakil Sekretaris.