Teladan Gus Dur, bagi Kemanusiaan dan Keadilan


Sejumlah tokoh hadir dalam acara Tahlil dan Manaqib, Haul ke-7 wafatnya Presiden RI ke-empat Gus Dur yang digelar Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Di antara yang hadir Ketum PKB Muhaimin Iskandar, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertingga dan Transmigrasi Eko Putro Sandjoyo, Menristekdikti M. Natsir, Mantan Wakil Kepala BIN yang juga yang juga Mantan Wakil Ketua Umum PBNU Ass’ad Said Aly, Sekretaris Jenderal PKB Abdul Kardi Karding, Maha Biksu Dutavira Sthavira, mantan Menko Kemaritiman Rizal Ramli, dalang wayang yang juga Bupati Tegal Ki Entus Susmono.

Dutavira menyampaikan kesan Gus Dur sebagai salah satu pemimpin yang bekerja dengan hati. Gus Dur, katanya merupakan bapak Bangsa. “Kalau menggunakan logika, pemimpin akan memikirkan untung dan rugi. Lain kalau pakainya hati. ‘Gitu aja kok repot’ kalau kata Gus Dur waktu lengser. Beliau tidak melawan, daripada menimbulkan masalah lain,” kata Dutavira di Kantor DPP PKB, Selasa (27/12).

Sementara Ketua Umum PKB Muhaimin mengatakan, hal yang bisa diteladani dari Gus Dur adalah ketauhidan, kemanusian, keadilan, kebersamaan, silaturahim, dan perdamaian. Ketauhidan atau keimanan Gus Dur, menurut Muhaimin, sudah sedemikian tinggi. Sehingga persoalan di dunia tidak ada yang benar-benar membuatnya merasa senang atau susah. Bahkan Gus Dur tak merasa kehilangan ketika dilengserkan dari jabatan presiden.

Sedangkan komitmen Gus Dur terhadap kemanusiaan, keadilan, kebersamaan, silaturahim, dan perdamaian tidak perlu diragukan lagi. “Semoga kita terus dapat berjuang meneladani dan melanjutkan cita-cita beliau,” kata Muhaimin.

Dia menambahkan, banyak pelajaran yang bisa dipelajari salah satunya ketauhidan. “Gus Dur ini ketauhidan di atas levelnya, istilahnya tidak ada rasa takut dan tidak ada rasa sedih,” tambah Muhaimin.

Ada pun Rizal Ramli mengatakan, Gus Dur merupakan tokoh yang menjunjung tinggi plurarisme dan menghormati perbedaan serta pembela masyarakat yang tertindas. Rizal juga menilai, Gus Dur merupakan sosok pembela kaum minoritas, namun
kaum minoritas yang ditindas, bukan minoritas yang menindas. “Gus Dur itu pembela minoritas, tapi minoritas yang ditindas,” kata Rizal.

Dia juga meminta semua pihak agar tidak memandang Gus Dur dari segi kontroversialnya. Melainkan lebih melihat Gus Dur dari segi pemikiran dan visinya yang sangat besar. Khususnya dalam hal menjunjung tinggi plurarisme dan menghormati perbedaan.

Asad Said Ali mengatakan pluralisme menjadi persoalan krusial saat ini. Namun, jika penyikapannya tepat, maka tidak akan menimbulkan persoalan. Mengutip pernyataan Gus Dur, Asad mengatakan bahwa dalam konteks hubungan antarumat beragama, pluralisme lebih mengarah pada segi sosiologis, bukan teologis.

“Anak ideologis Gus Dur jangan salah menafsirkan pandangan Gus Dur ini. Kata Gus Dur sebagai Muslim kita harus menghargai kebajikan yang diberikan non-Muslim,” tandas Asad.

 

http://berita.suaramerdeka.com/teladan-gus-dur-bagi-kemanusiaan-dan-keadilan/




Nihayatul Wafiroh

Adalah anggota DPR RI dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (FPKB) yang mewakili Daerah Pemilihan Jawa Timur III (Banyuwangi-Bondowoso-Situbondo). Saat ini juga dipercaya sebagai Wakil Sekretaris Jenderal di Dewan Pengurus Pusat PKB. Aktif dalam Kaukus Perempuan Parlemen RI sebagai Wakil Sekretaris.