Siapa pun Boleh Membaca di Boston Public Library


Salah satu tempat yang selalu saya usahakan untuk saya kunjungi bila berada di tempat baru adalah perpustakaan dan toko buku. Dua tempat itu seperti magnet bagi saya untuk datang.

Bagi saya, kualitas sumber daya manusia sebuah tempat dapat dilihat dari perpustakaan, karena dari perpustakaan bisa dilihat bagaimana penduduk menghargai ilmu pengetahuan. Ketika melaksanakan haji tahun 2012 lalu, saya tidak berkesempatan mengunjungi perpustakaan, tapi saya cukup puas dengan bisa menemukan banyak buku di toko buku  Jarir Bookstore di Makkah.

Ketika baru tiga hari sampai di kota Boston, yang saya search pertama kali adalah alamat Boston Public Library, dan Google langsung memberikan alamat, lengkap dengan peta dan jalur transportasi dari apartemen (Public transportasi di Boston dikenal dengan sebutan “T”).

Setelah urusan administrasi di kampus selesai, saya dan teman saya memutuskan hari Kamis itu untuk ke mengunjungi Boston Public Library (BPL). Dari apartemen kami di Brighton, kami menggunakan bus menuju Kenmore Station yang jaraknya sekitar 3,2 miles atau sekitar 5 Km. Dari Kenmore station, kami naik kereta bawah tanah yang warna hijau atau disebut Greenline, kami menuju Copley Station yang berjarak 2,5 miles.

Boston Public Library

Copley station ini letaknya pas di samping gedung BPL yang beralamat di 700 Boylston St, Boston, Massachusetts 02116.  Pertama melihat bangunan BPL dari luar saya sudah menduga kalau gedung BPL ini pasti bagian dari situs bersejarah. Dugaan saya ini berdasar bentuk bangunan dengan arsitektur Eropa kuno, dan tempatnya berada di Copley Square yang berupa lapangan luas dan dikelilingi oleh gereja bersejarah yakni Trinity Church, serta gedung-gedung bersejarah lainnya.

Ketika masuk, saya langsung diberi senyum ramah oleh petugas BPL. Petugas BPL menawarkan tour guide selama satu jam dengan gratis. Karena kami rencana awal mau belajar di BPL, akhirnya kami mengelilingi BPL sendiri dengan membawa brosur.

Kami langsung naik ke lantai dua. Saya langsung teriak “Wauuuuw”. Bangunan bergaya Eropa kuno bukan hanya dari eksteriornya, tapi juga interiornya. Hampir semua tembok dan langit-langit dipenuhi oleh graffiti. Bentuk ruangannya yang bundar dan bertingkat-tingkat, semakin asyik karena di tengah-tengahnya ada ruangan terbuka dan ada air mancur dengan patung bayi dan anaknya.

Selain memiliki bangunan yang luar biasa, BPL ini memiliki sejarah tersendiri di Amerika. BPL memiliki 24 cabang di banyak tempat di Boston. Perpustakaan yang peletakan batu pertamanya tahun 1888, dan baru selesai pembangunannya pada tahun 1895 itu, merupakan pioneer dalam beberapa hal. Pertama, BPL tercatat sebagai perpustakaan komunitas pertama di Amerika. Kedua, BPL juga menjadi perpustakaan komunitas pertama yang di-support oleh pemerintah. Ketiga, sebagai perpustakaan pertama yang memiliki cabang dan meminjamkan buku. Yang terakhir, tentu yang paling menarik yakni BPL merupakan perpustakaan yang memiliki ide pertama untuk menyediakan ruangan untuk anak-anak.

Karena kelebihan-kelebihan dari BPL ini, jadi tidak heran bila tempat ini menjadi salah satu tujuan wisata. Banyak wisata lokal maupun internasional yang datang ke BPL. Untuk pelayanan bukunya juga sangat luar biasa. Saya bukan penduduk asli Boston, dan saya tidak memiliki kartu perpustakaan, tapi tidak ada seorang pun yang bertanya tentang ID card itu. Jadi saya tetap bisa masuk dan membaca di situ. Siapa pun bisa datang dan membaca, bahkan homeless (orang yang tidak punya rumah) pun bisa duduk di pojok ruangan sambil memegang buku dan terkantuk-kantuk, dan petugas keamanan pun tidak mengusirnya.

Ruangan baca yang sangat nyaman, dengan kursi-kursi kayu, udara yang hangat (kontras dengan udara di luar yang mulai drop menjadi di bawah 10 Celcius), koleksi perpustakaan yang lengkap, WiFi yang koneksinya cepat, serta café yang menyediakan kopi dan cokelat hangat, menjadikan BPL jadi tempat favorit saya untuk membaca dan menulis.

Setiap kali saya datang dan meninggalkan Boston Public Library ini ada pertanyaan yang selalu muncul, “Kapan Indonesia memiliki perpustakaan komunitas yang “Wauuuuw”. (c1/bay)

Tulisan dimuat di Email d@ri Rantau, Radar Banyuwangi, 23 Oktober 2013.

Di luar pintu masuk Boston Public Library




Nihayatul Wafiroh

Adalah anggota DPR RI dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (FPKB) yang mewakili Daerah Pemilihan Jawa Timur III (Banyuwangi-Bondowoso-Situbondo). Saat ini juga dipercaya sebagai Wakil Sekretaris Jenderal di Dewan Pengurus Pusat PKB. Aktif dalam Kaukus Perempuan Parlemen RI sebagai Wakil Sekretaris.